Halaman

Jumat, 20 April 2012

My Love "at the first sight,,"


Secarik kertas dan segores guratan pena adalah kenangan, yang sesekali kuingat-ingat lagi di hari ini. Secarik kertas surat itu adalah kisah, mengantarkanku menuju perjalanan yang cukup panjang. Berikut sebuah cerita yang berusaha kupikir lama, cerita demikian usang namun melekat dikepalaku.

8 tahun yang lalu, tahun yang cukup banyak jumlahnya untuk melalui beberapa kisah, pahit, manis, menyenangkan, menyedihkan, begitulah kehidupan. Aku merasakan jatuh cinta pertama kali dengan seorang gadis lucu dengan beberapa "choco-chips" unyu yang menghiasi wajah cantiknya, dia bernama "@cichamayasari". Begitu unyu nama itu terus tergiang dikepala dengan bermilyar-milyar rindu yang menggebu untuk memikirkannya. Masih kuingat dimana secarik kertas merah jambu, bersampul amplop warna senada dengan gambar teddy bear kecil lucu dipojok sebelah kiri atasnya. Itu adalah surat cinta yang pertama kudapat dari dia (betapa senangnya hatiku kala itu). Kita berpacaran di tahun kedua mengecap masa-masa kuliah yang padat. Walau jauh (LDR kerennya orang menyebut,,) cinta dan sayang ku selalu tertuju hanya untuknya.

–berhenti sejenak-
Mengingat-ingat…

Tidak berhasil, aku memang gampang lupa, kenanganku mudah lepas dari ingatan. Aku tidak bisa menangkap cerita bagaimana surat rindu beramplop merah muda itu diletakkan diatas meja belajar dalam kamarku. Tapi entahlah bermula dari mana aku dan dia berkenalan. Sesuatu yang paling kuingat adalah menginjak usia 12 tahun, itu pertama aku menginjak bangku sekolah menengah pertama dan aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Saat itu merasa bahwa aku belum pantas menyukai seorang wanita, tapi dia begitu special dan sangat mengagumkan dengan segala "inner beauty" yang dia miliki.
Inilah my first love at the first sight..

-terhenti lagi-

Begitu saja, hari-hari kulalui dengan banyak tawa, iya sejak bersama dia aku jadi lebih mudah merasa bahagia. Tidak ada sesuatu istimewa yang terjadi di tahun-tahun awal aku mengenalnya, tapi menginjak usia tahun kedua. Dia mulai menunjukan perhatiannya, saling tukar kirim surat ataupun sms mulai menemani hari-hariku selanjutnya. Haha, iya iya itu pikiran polosku kala itu. Banyak detik-detik bermakna yang aku tak mampu gumamkan. Bijaksana saja berpikirnya, bagaimana layaknya orang seusiaku jatuh cinta.

-kesekian kali, aku mencoba ingat-ingat sisa ceritanya-

Di tahun ketiga, aku sudah semakin dekat. Aku pun merasakan kenyamanan setiap duduk bersebelahan dengannya, entah nyaman sebagai apa. Aku tidak tahu yang dia pikirkan apakah sama seperti yang aku rasakan. Waktu dan kebersamaan rupanya mengajarkan cara mengenal baik hidup dan kebiasaan kita masing-masing. Walau gak banyak waktu yang bisa aku habiskan untuk menikmati hari-hari indah bersamanya.

-turun hujan. Tulisan ku hentikan sesaat-

Oya aku teringat bagaimana pertama kali aku dapat mengobrol dengannya. Ya itu di akhir-akhir masa duduk di bangku sekolah menengah pertama (jaman putih abu-abu), awal-awal aku merasa bahwa aku mulai mengukuhkan tujuan hidupku adalah dia, itu masa terindah yang tak mampu aku lupa. Sepayah-payahnya ingatanku, aku tetap ingat bahwa banyak malam yang memutar mimpi-mimpi tentang peri cinta yang membawa panah asmaranya dengan target  adalah aku dan dia, hahaha (tertawa saja).Tapi tidak berlanjut lama, harapan yang baru saja hendak aku bangun harus tertunda karena aku dan dia saling bersemangat mencari tempat kuliah. Yak dan beda kota pun kita jalani dengan hanya bermodal berita dari sejawat atau teman-teman dekatnya. Aku ingat betul obrolan dan candaan kita yang pertama setelah bertahun-tahun memendam perasaan kepadanya. hehehe..
Modal percaya bahwa Tuhan selalu mengisahkan takdir seseorang dengan cara yang unik, dan terjadilah itu kepadaku. Walau long long long distance kami pun bisa bersatu dalam sebuah komitmen "relationship"

-ending-

Aku mengingat-ingat klimaks ceritanya, disaat-saat aku merasa bahagia karena dia. Banyak hal bagaimana berartinya sebuah pertemuan dikala rindu tertahan untuk beberapa saat, harus tumpah untuk beberapa jam saja. Perjalanan antar kota yang menguras waktu dan tenaga bahkan sirna ketika senyuman dari bibir tipisnya yang manis, merekah begitu aku tiba. Senyumannya adalah keajaiban yang selama ini aku banggakan dari dirinya.

Sebuah tulisan yang tergores di buku harianku setelah pertemuan itu :
“Aku tidak selamanya bisa menggenggam tanganmu, tapi aku tahu melalui jari-jari lembutmu kau mampu menuliskan kisah kasih kita dengan baik, bahkan sangat baik yang sewaktu-waktu aku bisa baca ulang nanti. Hunny, terbitkan tulisan apapun yang keluar dari apa yang kau rasakan. Aku menyayangimu sejak pertama aku menatap matamu pertama kali.” _dariku, yang mencintaimu
Itu goresan tinta bahagia pertamaku. Dadaku berdebar, jantungku memompa darah dua kali lipat lebih cepat dari biasa. Bahkan setiap makanan yang kusuap, terasa tidak masuk ke mulut dan tanpa sadar apa yang aku kunyah. Semua serba melayang, sayap-sayapku perlahan merekah, mulai siap terbang. Aku percepat semua pekerjaanku, memutar jarum jam agar tidak berjalan payah-payahan. Untuk sesaat, satu hari itu aku benar-benar bahagia.

Hanya satu hari, esok harinya setelah senja yang indah itu aku baru tersadar bahwa aku telah beranjak pergi kembali meninggalkannya di kota itu. Pergi ke kota yang jauh, hanya bayangan dirinya yang selalu menemaniku. 
Sayapku melemah, air mataku tak mampu jatuh saking sesaknya. Aku lupa bagaimana cara melukiskan bagaimana harus meninggalkanmu untuk kembali pulang waktu itu. Semua mimpi-mimpiku berubah jadi menyeramkan, dan aku enggan melewati malam, karena aku tahu saat-saat itu bayangan rindu dan ketakutanku akan berjalan beriringan berlalu-lalang. Aku terjerembab dalam lipatan-lipatan kesakitan, mencoba memapah luka namun tetap kembali jatuh perlahan. Aku sangat kehilangan. Namu satu kata mu itu yang menenangkan ku "percaya aku".

Satu-satunya yang aku punya adalah kertas yang mampu kugurat untuk selipkan di kisi-kisi perasaan rinduku untukmu. Yang perlahan menjadi kian lusuh dan huruf-hurufnya menghilang dimakan waktu. Beruntung kata yang ia ucapkan berhasil kurekam dalam ingatan, itu satu-satunya alasan aku bisa menulis apapun yang aku dan ia sama-sama suka, sama-sama pernah terlewati dan tentu yang pernah ia ceritakan.

Terima kasih sudah mempercayai jemari yang kau genggam dulu bisa menuliskan kenangan, berharap kelak suatu saat dapat kita baca kembali. Karena kini aku tak mampu mencintaimu utuh. Mungkin hanya waktu dan percaya ku yang akan tetap kupersembahkan untukmu :)

Always and always love you and waitin' with a smile...hehehe....


CEMUNGUDHHHH EAAAAA!!!!!!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar